Berhenti Beli Susu Protein

Setelah 4 tahunan (sejak 2019) mengonsumsi suplemen susu protein, sepertinya saya memilih untuk berhenti beli susu protein. Ada berbagai alasan, dan alasan utamanya adalah uang. Saya mencatat uang yang saya keluarkan untuk membeli susu protein dan suplemen lainnya, dalam kurun 4 tahun total sejumlah Rp 20.871.000

Jika dibagi pertahun rata-rata Rp 5,2 jita atau per bulannya sekitar Rp 430.000-an atau per hari Rp 13.000-an. Jika dihitung harian atau bulanan tidak terlalu besar tapi setelah ditotal lumayan juga.

Kenapa baru berhenti sekarang? Setidaknya ada 2 hal yang membuat saya memutuskan untuk berhenti beli susu protein. :

1. Harga, susu protein itu mayoritas berasal dari luar negeri/ impor, yang merek lokal pun bahan bakunya impor maka harganya sangat sensitif terhadap kondisi global. Dan sebagaimana kita ketahui ada 2 peristiwa besar yang terjadi yaitu pandemi covid 19 dan perang Rusia-Ukraina. Dampak 2 peristiwa tadi terhadap susu protein adalah kenaikan harga yang lebih dari 10%. Susu protein 5 lbs yang tadinya seharga 700 ribuan naik jadi 1 jutaan, yang murah pun jadi 800 ribuan dari harga sebelumnya 600 ribuan.

2. Selera, saya nyoba beli daging dan produk sejenis seperti hati, paru dan jantung (campur) dapat beberapa kilo dengan pengeluaran tak sampai 1 juta rupiah. Selain faktor uang, real food seperti daging, telur dan sebagainya “lebih baik” dalam berbagai faktor seperti efek kenyang. Nah ini yang juga menjadi faktor utama. Contoh misalkan saya minum 1 porsi susu protein harganya sekitar 15ribu, jika dibandingkan dengan telur maka saya bisa dapat beberapa butir, atau jika dibandingkan dengan potongan daging ayam atau sapi dengan nilai uang yang sama maka efek di mulut dan perut lebih enak real food.

Btw ketika memutuskan untuk berhenti beli susu protein, saya masih punya simpanan 3 kemasan besar susu protein yaitu provus lean zero 5 lbs yang baru diminum sedikit, M1 pro isolate 5 lbs dan fitlife whey pro c 3,3 lbs utuh belum dibuka. Saya perkiraan semua akan habis di bulan Agustus jika saya rutin minum seperti biasa. Tapi mungkin akan lebih lama karena selama Ramadhan 2023 kemarin saya mulai jarang minum sebagai usaha mengurangi konsumsi susu protein sebelum benar-benar berhenti.

Atau siapa tahu nanti saya mau minum minuman manis lagi karena saya masih doyan yang manis-manis. Dari pada jajan minuman rasa-rasa yang banyak gulanya ya mending minum susu protein. Kalo beli lagi uang yang keluar lumayan banyak, tapi kalo masih ada stock ya aman.

Tinggalkan komentar